asal usul dan lambang kota soto kota lamongan
bagi warga jawa timur pastilah tidak asing dengan kab.lamongan atau yang lebih dikenal dengan kota soto.bahkan kota kecil yang kini sedang berkembang itu adalah salah satu kota kecil penerima adipura kencana.
kota lamongan memiliki lambang bandeng lele namun tidak semua orang mengerti mengapa lambang kota lamongan bandeng lele. di balik sebuah lambang tersimpan berjuta cerita dari mulut kemulut yang bahkan terkadang cerita itu tak terungkap. lamongan juga memiliki cerita tersendiri untuk asal usul dan lambangnya
untuk melestarikan kebudayaan dari lamongan kota kelahiran admin mari kita simak ceritanya. cerita ini di ambil dari beberapa sumber di google dan juga edit sana sini.
menurut ceritanya asal mula lamongan ini berawal ketika Sunan Giri III atau bernama asli Sedamargo
blusukan ke daerah penyebaran Islam dengan menggunakan perahu menelusuri
sepanjang aliran Bengawan Solo, hingga ke desa-desa.
Sesampainya di Desa Barang (sekarang masuk wilayah Kecamatan Glagah, Lamongan), malam sudah larut, sinar terang bulan purnama menuntun langkah Sunan Giri menyusuri desa ini. Hingga pada suatu tempat Sunan Giri melihat lampu godog (sejenis oblek) yang menyala dari sebuah gubuk di sudut desa. Sedamargo lantas menghampiri sumber cahaya tersebut.
Sesampainya di Desa Barang (sekarang masuk wilayah Kecamatan Glagah, Lamongan), malam sudah larut, sinar terang bulan purnama menuntun langkah Sunan Giri menyusuri desa ini. Hingga pada suatu tempat Sunan Giri melihat lampu godog (sejenis oblek) yang menyala dari sebuah gubuk di sudut desa. Sedamargo lantas menghampiri sumber cahaya tersebut.
Di situ didapatilah seorang wanita yang dikenal mbok rondo sedang
menjahit pakaian.namun dari beberapa sumber mbok rondo adalah seorang yang dikenal kanjeng sunan di mekkah.Perbincangan antar keduanya terjadi sampai larut
malam. Di akhir perbincangan, akhirnya Sunan Giri berpamitan pergi.
Namun dirinya lupa mengambil keris miliknya yang dia letakkan di bale(teras depan rumah), selama berbincang dengan mbok rondo tadi. Dia baru sadar ketika sudah tiba kembali di Giri.
Kemudian Sunan Giri memerintahkan salah satu santrinya Ki Bayapati untuk kembali ke Desa Barang, mengambil keris kesayangan Sunan Giri yang tertinggal di bale gubuk mbok rondo.
Keberadaan keris tersebut diketahui oleh mbok rondo, seketika wanita ini mengambil dan menyimpannya untuk kemudian dikembalikan atau sukur-sukur Sunan Giri kembali datang mengambilnya sendiri.
Nah, saat ditugasi oleh Sunan Giri ini, Ki Bayapati menggunakan kemampuan ilmu sirepnya agar cepat menuju gubuk mbok rondo. Sesampainya di lokasi, pesuruh ini mengambil keris dengan cara sembunyi-sembunyi.
Tetapi sepandai apa pun Ki Bayapati, caranya tersebut diketahui mbok rondo yang disambut dengan teriakan maling. Menganggap utusan Sunan Giri ini sedang mencuri keris, padahal yang terjadi sebenarnya adalah ingin mengambilnya.
Teriakan mbok rondo membangunkan para tetangganya, dan sejurus kemudian massa mengejar pria yang diduga mencuri keris pusaka ini. Karena panik dikejar warga, Bayapati memberanikan diri terjun ke kolam (jublang) untuk menghindari kejaran dan amukan massa.
Tanpa disangka, tiba-tiba kolam dipenuhi oleh ikan lele yang berenang di permukaan. Keberadaan Bayapati tersamarkan oleh munculnya ikan-ikan lele ini. Warga yang tidak mengira Bayapati bersembunyi di kolam, segera meninggalkan lokasi.
Namun dirinya lupa mengambil keris miliknya yang dia letakkan di bale(teras depan rumah), selama berbincang dengan mbok rondo tadi. Dia baru sadar ketika sudah tiba kembali di Giri.
Kemudian Sunan Giri memerintahkan salah satu santrinya Ki Bayapati untuk kembali ke Desa Barang, mengambil keris kesayangan Sunan Giri yang tertinggal di bale gubuk mbok rondo.
Keberadaan keris tersebut diketahui oleh mbok rondo, seketika wanita ini mengambil dan menyimpannya untuk kemudian dikembalikan atau sukur-sukur Sunan Giri kembali datang mengambilnya sendiri.
Nah, saat ditugasi oleh Sunan Giri ini, Ki Bayapati menggunakan kemampuan ilmu sirepnya agar cepat menuju gubuk mbok rondo. Sesampainya di lokasi, pesuruh ini mengambil keris dengan cara sembunyi-sembunyi.
Tetapi sepandai apa pun Ki Bayapati, caranya tersebut diketahui mbok rondo yang disambut dengan teriakan maling. Menganggap utusan Sunan Giri ini sedang mencuri keris, padahal yang terjadi sebenarnya adalah ingin mengambilnya.
Teriakan mbok rondo membangunkan para tetangganya, dan sejurus kemudian massa mengejar pria yang diduga mencuri keris pusaka ini. Karena panik dikejar warga, Bayapati memberanikan diri terjun ke kolam (jublang) untuk menghindari kejaran dan amukan massa.
Tanpa disangka, tiba-tiba kolam dipenuhi oleh ikan lele yang berenang di permukaan. Keberadaan Bayapati tersamarkan oleh munculnya ikan-ikan lele ini. Warga yang tidak mengira Bayapati bersembunyi di kolam, segera meninggalkan lokasi.
sejak saat itulah bayapati berjanji anak turunannya tidak akan memakan ikan lele karna dia bisa selamat dari amukan masa bahkan bayapati tidak terkena patilan ikan lele sedikitpun.
sejak saat itu keturunan asli bayapati warga asli lamongan tidak memakan ikan lele konon katanya jika ada yang melanggar janji tersebut orang yang memakan ikan lele akan terkena penyakit kulit seperti ikan lele yang belang belang.
karna cerita itulah ikan lele jadi lambang lamongan
sedangkan lambang ikan bandeng sepertinya belum ada yang tau pasti mengapa menjadi lambang kota lamongan.
ada yang berpendapat bahwa lambang ikan bandeng di karenakan penghasilan utama kab.lamongan dari sektor perikanannya terutama ikan bandeng.
begitulah cerita dari kota lamongan kurang lebihnya admin meminta maaf jika ada kesalahan :D
Komentar
Posting Komentar